Membangun Budaya Literasi Membaca dalam Perpustakaan di Era Generasi Alpha




Budaya literasi sudah seharusnya dimulai sejak usia dini. Budaya literasi ini tentu ada kaitannya dengan pola pembelajaran di sekolah dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan sekolah. Literasi ini dapat diartikan sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan segala sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. Maka, penting untuk menumbuhkan budaya literasi terutama membaca pada anak sejak usia dini. Perpustakaan menjadi salah satu solusi untuk  menumbuhkan literasi membaca pada anak. Akan tetapi, untuk menghadapi generasi alpha yaitu generasi yang lahir antara tahun 2010-2025 yang sejak mereka lahir sudah dimanjakan dengan berbagai kemajuan teknologi yang sangat kuat. Gadget dan internet sudah menjadi sahabat mereka sejak dini, membuat mereka memiliki  berbagai akses tak terbatas terhadap segala informasi dan hiburan tetapi di sisi lain juga menjadi tantangan tersendiri untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap buku. Maka, perlu adanya strategi untuk menumbuhkan literasi membaca dalam perpustakaan pada anak di era gen-alpha ini. 


Membaca buku mungkin akan terasa membosankan dan tidak menyenangkan bagi generasi alpha. Rasanya akan lebih seru bermain game, menonton film, menonton video dalam gadget. Padahal, banyak manfaat yang akan diperoleh apabila membaca buku, baik buku konvensional maupun digital. Maka, dari pihak sekolah perlu menekankan budaya literasi membaca melalui perpustkaan untuk menumbuhkan minat baca anak. Dengan perkembangan teknologi tersebut, perlu adanya transformasi perpustakaan untuk lebih menerapkan digitalisasi dan membuat program untuk menarik minat baca anak.


Strategi yang dapat diterapkan yaitu mulai dari memiliki koleksi buku yang beragam dan terkini, hal tersebut dapat menarik perhatian peserta didik untuk masuk ke perpustakaan dan membaca buku yang terbaru. Kedua, membuat ruang perpustakaan yang nyaman dan modern, dengan mendesain tata letak rak buku, tempat  duduk yang nyaman, hiasan dan warna cat dinding yang cerah serta menggunakan pendingin ruangan baik AC maupun kipas angin, fasilitas computer dan internet yang memadai hal tersebut akan membuat para peserta didik nyaman dan betah dalam perpustakaan serta meningkatkan fokus belajar mereka. Ketiga, melaksanakan  sosialisasi dan edukasi, hal tersebut dapat dilaksanakan dengan mensosialisasikan fasilitas yang ada dalam perpustakaan kemudian mengadakan kegiatan yang mengedukasi seperti mendongeng, lomba menulis, lomba membaca dll. Yang terakhir, mengadakan program yang menarik, program ini dapat berupa sedekah buku, bazar buku, festival buku maupun pameran buku. Yang diharapkan dari adanya program tersebut, peserta didik akan lebih banyak mengenal tentang perpustakaan sehingga tertarik untuk datang dan membaca buku-buku yang ada 

didalamnya.


Selain itu, untuk menghadapi generasi alpha transformasi yang diperlukan perpustakaan adalah digitalisasi. Digitalisasi perpustakaan dapat berupa menyediakan dan mengenalkan e-book pada peserta didik. Yang mana itu akan memudahkan peserta didik dalam mengakses buku yang diperlukan. E-book menjadi Solusi yang dapat dilakukan perpustakaan untuk menghadapi generasi alpha dalam upaya menumbuhkan literasi membaca peserta didik di era generasi alpha ini.



(Umma Zakia Najma Ajmalia)