Dibawah langit temaram, aku berjalan tanpa arah ditengah
berisiknya kota ini. Hingga tanpa sadar langkah kakiku membawaku kesebuah
bangunan yang sebagian dindingnya adalah kaca hingga membuatku bisa melihat
kedalamnya.
Dengan design interior
yang sangat menarik membuatku tanpa sadar melangkah masuk dan di sambut
hangat dengan wangi kopi dan kue yang semerbak.
Setelah memesan menu, mengingat ruangan ini terisi penuh
dengan meja kursi yang hampir semuanya telah memiliki pemilik.
Yang mengharuskanku mau tak mau duduk berhadapan dengan pria
yang tak kukenal ini, karna tak mungkin bukan aku akan memakan kue dengan
berdiri.
Hening dari kami, diiringi oleh hiruk piruknya setiap insan
yang bercengkrama.
Sungguh situasi yang kontras sekali bukan.
Tapi, tak berselang lama, entah siapa yang memulai, hening
itu tergantikan oleh cerita cerita dari Abian, seorang pria yang baru ku ketahui namanya ini, dengan aku
sebagai pendengar begitupun sebaliknya.
Kami bercengkrama layaknya setiap insan yang berada di
ruangan ini
Hingga kue yang ku pesan menyisakan piring yang memiliki
noda krim vanilla dan Cangkir pria didepanku ini yang sudah menyisakan sedikit
ampas kopi.
Canda gurau yang dikeluarkan tak ada hentinya. Sampai tiba
waktupun menyalakan alarmnya.
Membuat pertemuan kita terhenti. Mengharuskan kita untuk melangkah menjauh dari bangunan yang menarik ini dengan masing masing dari diri berjanji tuk bersua kembali di ruangan yang memiliki wangi kopi dan kue tersebut.
Sejak pertemuan pertama itu, entah bagaimana kita semakin
dekat. Selalu datang dihari dan jam yang sama bahkan dengan menu yang sama
pula.
Anehnya aku tak pernah merasa bosan, bagaimana bisa?
Entah sejak kapan hati ini mulai jatuh pada dirimu, hati ini
memilihmu. Dan dengan sadar kau pun tau bahwa kau telah kupilih.
Tapi, entah mengapa secara tiba tiba pada minggu keempat
bulan ketiga, kau tak datang.
Minggu pertama bulan keempat kau tak juga datang, begitupun
minggu selanjutnya, anehnya aku masih saja menunggumu.
Hingga pada minggu ketiga bulan keempat aku baru kembali
melihatmu memasuki ruangan ini. Seorang Abian yang kukenal, yang sudah
mengambil seluruh atensiku untuk selalu memperhatikannya.
Kau masuk bersamaan dengan seorang wanita yang begitu
cantik. Netramu yang takjub ketika menatapnya. Senyummu yang secerah mentari
ketika melambai ke arahku. Bersamaan denganku yang diam mematung, tak tau harus
bersikap bagaimana.
Pada saat kau berjalan kearahku dengan senyum cerah yang
masih senantiasa menghiasi wajahmu. Dengan Netra indah yang memiliki galaksi
didalamnya. Dengan tangan yang merangkul seorang wanita dengan begitu posesif.
Yang bisa kulakukan hanya tersenyum kikuk, melihatmu kembali
duduk dihadapanku yang kini tak lagi sendiri. Menperkenalkannya padaku.
Mendengarkanmu bercerita tentang betapa bersyukurnya dirimu menjadi pemiliknya.
Bersamaan dengan itu kau pamit dariku, dari kehidupanku secara sepihak. Menyisakanku dengan luka yang tak terlihat sendirian.
Huh, ketika aku mengingatnya kembali entah mengapa rasa
sesak itu selalu kembali menyeruak.
Lucu sekali memang, bagaimana bisa aku begitu mudahnya
menaruh rasa terhadap orang yang baru kutemui.
Kau tau Abian?, Aku ingin sekali melupakan pertemuan kita.
Melupakan kisah ini, tapi entah bagaimana perihal melupakan saja rasanya
setengah mati begini.
Pada akhirnya, kisah ini hanya bisa kusimpan sebagai
kenangan singkat tentang Abian seorang pria yang menarik seluruh atensiku pada
galaksi di netranya. Pun seorang pria yang tiba-tiba pergi dan menyisakanku
dengan rasa sesak sendirian.
Terimakasih untuk Triwulan ini. Terimakasih untuk waktu yang
kau luangkan untuk berbagi cerita dan gurau dengan sepotong kue dan secangkir
kopi. Terimakasih untuk kenangan yang manis
dan pahit didalamnnya.
Posting Komentar